Kamis, 06 Februari 2014

Sepotong Hati Yang Hilang

Awal dari semua kerumitan masalah ini adalah saat kau mengajakku makan malam, saat kau memberi perhatian yang lebih untukku dan saat kau berkata "bagiku tak ada keindahan yang sesaat bila kamu selalu ada di dekatku". Ya, semua ini memang salahku. Menganggap semua perlakuan manismu terhadapku adalah wujud rasa cintamu. Tapi apa aku salah mengartikan itu semua jika perlakuanmu terhadapku layaknya seorang kekasih. Kalau aku salah, lantas mengapa selama ini kau ajak aku terbang bersamamu? Mengapa kau ajak aku berkhayal tentang masa depan yang indah? Aku kira semua itu nyata. Ternyata hanya aku yang terlalu peka mengartikan semuanya. Rasa nyaman saat berada didekatmu membuatku melupakan sejenak kerumitan hidup. Berada disampingmu dan mencium aroma khas tubuhmu adalah ketenangan tersendiri bagiku. Saat kau genggam jemari ini dan kita tertawa lepas, mentertawakan apa saja yang bisa kita jadikan bahan tertawaan. Saling meledek dan saling mencari kelemahan satu sama lain. Kita, sangat manis saat itu. Tak ada air mata, tak ada luka.

Oke, aku mulai dari awal. Kau datang padaku saat hatimu berdarah-darah karena kekasihmu yang lebih memilh pergi dengan pria lain. Kau datang padaku, memintaku mengobati hatimu yang berdarah-darah dengan seluruh kasih sayangku. Aku yang saat itu memang tertarik padamu tanpa berpikir panjang dan dengan tulus mengobati luka hatimu. Aku, membuat hatimu 'sembuh'. Perlahan tapi pasti, aku mulai merasakan sesuatu yang aneh tiap kali bersitatap denganmu. Ada perasaan nyaman jika berada didekatmu. Ada perasaan marah dan cemburu jika kulihat kau dekat dengan wanita lain. Awalnya kukira ini akan baik-baik saja. Tapi aku salah. Aku tersiksa oleh perasaanku sendiri. Aku muai cinta. Cinta pada seseorang yang telah kusembuhkan luka hatinya. Kedekatan kita memang terbilang sangat akrab. Bhakan teman-teman kita mengira bahwa kita memiliki hubungan spesial. Tapi, kau hanya tersenyum saat beberapa teman menanyakan tentang kedekatan kita.

Kau selalu membawakanku coklat panas saat aku sibul menulis karena mngejar deadline. Kau selalu membawakanku sebatang coklat saat aku badmood karena tugas kuliah yang menggunung. Kau selalu memberikan semangat untukku saat tulisan-tulisanku tak satupun dimuat di majalah. Aku mengartikan itu semua sebagai tanda 'cintamu' padaku. Tapi, kau mengartikannya dalam definisi lain. Apa semua perlakuan manismu itu hanya wujud rasa terimakasihmu untukku karena aku telah menyelamatkan hatimu yang berdarah-darah itu?
Malam itu, kau datang dengan wajah yang sangat ceria. Sama cerianya saat kau bersamaku. Dan saat itu juga aku sedang memberanikan diri untuk meminta kejelasan tentang kedekatan kita. Belum sempat aku mengutarakan maksudku, kau sudah mulai bercerita. Kau berkata bahwa kau baru saja meresmikan hubunganmu dengan wanita lain.
Aku terdiam. Senyumku yang daritadi merekah seketika lenyap. Wajahku berubah menjadi muram. Rasanya kaki dan badanku sudah tak berada di atas lantai ini. Sekuat tenanga kuatur nada bicaraku mengucapkan selamat atas hubungannya dengan wanita itu. Sekuat tenaga juga kutahan air mataku agar tidak jatuh di hadapannya. Entah kau melihat perubahan raut wajahku atau tidak.Kau masih saja bercerita tentang wanita itu. Hey, Lihatah. Aku yang sekarat mendengar semua ceritamu itu. Hentikan! kumohon...
Ingin rasanya aku meneriakimu, membuatmu sadar bahwa ada aku disini yang terluka atas semua cerita-ceritamu. Aku mencintaimu.... Mengapa kau tak menyadarinya.

Setelah kau selesai dengan semua ceritamu, kau langsung pamit pulang. Katamu, kau sudah ada janji makan malam dengan wanita itu. Kau mencium keningku dan menarikku kedalam pelukanmu. Bisakah kau rasakan betapa hancurnya hatiku saat itu? Kau bisikkan kata yang sampai sekarang, bahkan mengingatnya saja hatiku sakit. "aku selalu menyayangimu dan selalu ada untukmu... sahabatku". Itulah kata-kata yang kau bisikkan malam itu untukku. Kaupun langsung pergi dan meninggalkanku yang diam mematung.
Tangisku pecah saat tak kulihat lagi dirimu di sudut jalan. Baru kusadari ternyata selama ini kau hanya menganggapku sahabat. Itu berarti cintaku bertepuk sebelah tangan bukan?
Kau berhasil membuat hatiku remuk. Kau berhasil membuatku menangis lebih kencang, setelah kau berhasil membuatku tertawa paling kencang semalam.

Terimakasih telah membawa pergi sepotong hatiku.
Semoga kau bahagia dengan wanita pilihanmu.
Dan jika hatimu berdarah lagi, kembalilah padaku. Aku akan mengobatinya dengan cinta yang kupunya...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar