Rabu, 05 Februari 2014

Detik Terakhir Bersamamu

Kulirik layar handphone yang kugenggam. Sekarang sudah pukul 01.00 WIB. Seharusnya anak perempuan pada umumnya sudah terlelap di atas ranjang empuknya masing-masing. Tapi aku? Sampai detik ini tak sedikitpun kurasakan kantuk. Ini salahku jika sampai saat ini aku belum terpejam, aku selalu sulit mencari kantuk. Entah kenapa, sulitnya mencari kantuk sama dengan sulitnya menerima bahwa aku telah kehilanganmu untuk selamanya. Malam ini, aku kembali mengingat semuanya, menguap satu per satu kenangan yang telah berlalu. Ada sedikit rasa sakit saat mengingat semuanya. Dan sampai sekarang aku masih sangat mencintaimu. Tapi, sisa-sisa rasa sakit itu masih ada. Sama dengan malam-malam terakhir saat kau memutuskan untuk pergi.
            Saat menulis ini, aku habis menangis. Ya, aku menangis karena aku rindu. Aku sangat merindukanmu, Sayang. Bisakah kau kembali? Mengusap air mataku seperti yang biasa kau lakukan saat aku menangis karena Maag ku kambuh. Kenapa ini semua terasa sangat tidak adil. Kau pergi tanpa pesan. Padahal, waktu itu kita masih menghabiskan waktu berdua.
            Begitu cepat kau tinggalkan aku sendiri. Kau pergi dengan sejuta impianmu. Sementara disini aku masih berjuang untuk mengobati rasa sakit yang kau torehkan minggu lalu. Disini, tepat di hatiku. Dan kini, Aku tak temukan tangis di hari-harimu. Aku tak temukan penyesalan di sudut matamu. Kau terlihat baik-baik saja. Tidak seperti aku yang selalu menangis jika mengingatmu. Hampir setiap malam aku masih sering merindukanmu. Mengingat hubungan kita yang baik-baik saja. Aku pernah kau bahagiakan. Aku pernah kau buat tersenyum sepanjang hari. Tangan ini pernah kau genggam. Tubuh ini pernah kau peluk dengan hangat.
            Pada pertemuan kita minggu lalu. Kau menggenggam tanganku dengan erat seakan memberi tahu bahwa kau sangat takut kehilangan aku. Kau menatap mataku sangat dalam, bahkan kau tidak menggubris tab-mu yang berisi dengan panggilan tidak terjawab dan beberapa chat dari temanmu. Saat itu aku merasa begitu spesial, merasa begitu penting untukmu. Kau ingat? Siang itu kita masih baik-baik saja. setidaknya itu yang kurasakan. Siang itu kita masih makan siang bersama di tempat favorit kita. Kita masih tertawa, kita masih saling menggenggam tangan, kita masih saling melemparkan kata-kata cinta. kau juga bilang bahwa kau sangat mencintai aku. Kau bilang, kau mencintaiku seutuhnya, bagi perempuan normal seperti aku, aku sungguh melayang kau bilang seperti itu. aku tersenyum sambil memainkan rambutmu yang sedikit acak-acakan, menggelayut manja di bahumu sementara tanganmu sibuk membetulkan anak rambutku yang berantakan tertiup angin. Aku merasa kita begitu dekat, begitu hangat. Namun aku tak sadar, justru disaat kita bisa begitu mesra, disaat itu jugalah hari terakhir kita bertemu.
            Malam itu, kau mengantarku pulang ke rumah. Seperti biasa, kau selalu mencium keningku ketika aku turun dari motormu. Kau bisikkan di telingaku kata-kata manis sebagai pengantar tidurku. Kau berikan senyum paling manis yang pernah kulihat. Kau perlihatkan lesung pipimu yang begitu dalam. Dan, seperti biasa, kau akan beranjak pulang dari halaman rumahku ketika aku sudah masuk ke dalam rumah. Dan aku melihatmu dari balik jendela, menghilang di perempatan jalan rumahku. Aku pun berjalan kearah kamar sambil terus memasang senyum di bibirku.
            Malam itu juga, selang beberapa menit, aku mendapatkan kabar bahwa kau mengalami kecelakaan. Kakiku lemas, tubuhku bergetar. Air mata terus mengalir dan mulutku tak henti-hentinya memanjatkan doa untukmu. Berharap kau baik-baik saja. sampai aku tersadar saat mendengar sesorang di sudut telepon mengatakan bahwa kau meninggal di tempat. Duniaku seakan terhenti. Oh, Tuhan, inikah takdirmu? Inikah takdir cinta kami? semua kebersamaan manis dengannya yang kuinginkan lebih lama lagi harus terhenti saat ini juga. Berakhir hanya dengan percakapan beberapa menit.
            Sayang, taukah kau betapa aku sangat terpukul atas kejadian ini. Mengapa kau tidak meninggalkan pesan apapun padaku saat kau membisikkan kata-kata cinta ditelingaku? Mengapa tak kau selipkan harapan-harapanmu untukku saat kau kecup keningku beberapa menit lalu? Sayang, katakan padaku bahwa kau hanya bercanda, katakan padaku bahwa kau hanya mengerjaiku seperti yang kau lakukan seperti biasa, saat aku marah karena kau telat menjemputku di kampus. Katakan sesuatu padaku. Kumohon.


03.00 WIB
            Air mataku kembali menentes. Kembali membasahi bantal bintang berwarna pink kesayangangku. Bantal itu dari kamu, Sayang. Aku rasa, sudah saatnya aku harus tidur, aku tau kau tidak suka melihat gadismu tidur hingga larut malam, bahkan sekarang sudah hampir pagi. untuk itu kuputuskan untuk segera memejamkan mata. Dan kulihat kau disudut kamarku, tersenyum berjalan ke arahku, memberi kecupan di keningku dan mengucapkan kata-kata manis untuk pengantar tidurku, seperti biasa yang kau lakukan. Terima kasih, Sayang…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar